Dihadapkan kepada tuntutan untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Al-Hadits serta Al-Jama'ah ini, mereka akan mengadakan penafsiran terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits, tentu saja menurut keterbatasan akal dan ilmu mereka. Akibatnya adalah mereka meninggalkan penjelasan Islam yang benar dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang beliau ajarkan kepada para sahabat, dan malah mengikuti Islam menurut versi mereka sendiri. Di sinilah awal dari kesesatan seluruh tokoh, organisasi dan gerakan Islam yang tidak kembali kepada pemahaman sahabat, tabi’in dan tabi’ut-tabi’in, yang disebut dengan salafush sholih dalam memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sedikit umat Islam hari ini yang mengikuti pemahaman tiga generasi utama ini tidak boleh mengecilkan hati dan menyurutkan langkah untuk senantiasa istiqomah mengikuti jejak langkah para tiga generasi utama ini. Sebab Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menyatakan, "Memang kebanyakan manusia senantiasa lebih senang mengikuti kebathilan dan kesesatan, ketimbang mengikuti agama Islam yang haq". Sesuai dengan sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang telah disebutkan dalam Hadits Bukhori No. Hadits: 3456, Muslim No. Hadits: 2669, 6781), yang berbunyi:
“Latattabi’unna sananal-ladziina min qoblikum syibron bisyibrin wadziroo’an bidziroo’in hattaa lau dakholuu fii hujri dhobbin lattba’tumuuhum. Qulnaa yaa rosuulalloohi, al-yahuudu wan-nashooroo? Qoola: Faman!”
Yang artinya: “Niscaya kamu akan mengikuti jalan (kelakuan) orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sampa-sampai kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kamu akan ikut”. Maka kami (para sahabat) bertanya: “Wahai Rosululloh, apakah yang Anda maksud orang Yahudi dan Nasroni?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Alhamdulilah Jaza Kumullohu Khoiro , Atas Komentarnya Semoga Alloh Paring aman, selamat, lancar, berhasil, barokah...!